Naruto Uzumaki Pointing Finger

Kamis, 29 Desember 2016

Bell's Palsy (Pengertian, Gejala, Penyebab, Pengobatan, dan Komplikasi)

Pengertian Bell’s Palsy

Bell's palsy-Alodokter
Bell’s palsy adalah kelumpuhan atau kelemahan pada salah satu sisi otot di wajah yang yang bersifat sementara. Kondisi ini menyebabkan salah satu sisi dari wajah akan terlihat melorot. Meski belum dimengerti alasan sepenuhnya, Bell’s palsy lebih umum terjadi pada wanita hamil, penderita diabetes, dan HIV.
Saraf yang rusak pada bagian wajah akan berdampak kepada indera perasa dan cara tubuh Anda menghasilkan air mata dan ludah. Bell’s palsy datang secara tiba-tiba dan umumnya kondisi ini akan membaik dalam hitungan minggu.
Bell’s palsy tidak berhubungan dan bukan terjadi karena stroke. Berikut ini beberapa kondisi yang bisa menyebabkan terjadinya kelumpuhan Bell’s palsy pada wajah.
  • Kelumpuhan wajah turunan. Kondisi ini terjadi pada anak yang terlahir dengan kelemahan atau kelumpuhan pada wajah.
  • Cedera karena kecelakaan. Terjadi karena luka robek pada dagu atau retak pada tulang tengkorak.
  • Cedera karena operasi. Kondisi ini umumnya terjadi saat operasi kelenjar parotid.
Pada kebanyakan kasus Bell’s palsy, kelumpuhan pada salah satu sisi wajah bisa pulih sepenuhnya. Jika Anda mengalami kelumpuhan di salah satu sisi wajah, segera temui dokter untuk memahami kondisi yang terjadi.

Gejala Bell’s Palsy

Bell’s palsy memiliki gejala yang berbeda-beda pada sebagian orang. Kelumpuhan yang terjadi pada salah satu sisi wajah bisa dijelaskan sebagai kelumpuhan sebagian (kelemahan otot ringan) atau sebagai kelumpuhan total (tidak ada gerakan sama sekali, tapi jarang sekali terjadi). Mulut serta kelopak mata juga akan terpengaruh akibat Bell’s palsy, kedua bagian ini akan kesulitan untuk dibuka dan ditutup.
Bell’s palsy adalah gangguan yang terjadi hanya pada otot dan saraf wajah. Kondisi ini tidak berdampak kepada kinerja otak atau bagian tubuh lainnya. Apabila kelumpuhan di salah satu sisi wajah Anda dibarengi dengan kelumpuhan atau kelemahan pada bagian tubuh lain, segera periksakan ke dokter.

Penyebab Terjadinya Bell’s Palsy

Hingga kini, belum diketahui dengan pasti apa yang menyebabkan terjadinya Bell’s palsy. Kondisi ini dipercaya muncul ketika saraf yang mengendalikan otot pada wajah tertekan atau terganggu. Selain itu, kelumpuhan juga diduga disebabkan karena peradangan infeksi virus. Salah satu virus yang diperkirakan menyebabkan Bell’s palsy adalah virus herpes.

Diagnosis Bell’s Palsy

Untuk memastikan diagnosis Bell’s palsy, dokter akan menanyakan perkembangan gejala yang Anda alami. Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik dan saraf untuk mengetahui fungsi saraf wajah. Apabila gejala yang dialami tidak jelas, Anda perlu melakukan beberapa tes, seperti elektromiografi, MRI, atau CT scan.

Mengobati Bell’s Palsy

Untuk mengurangi pembengkakan yang terjadi pada saraf wajah, prednisolone atau prednison (kelompok obat kortikosteroid) bisa digunakan. Sedangkan untuk mencegah munculnya masalah pada mata yang tidak bisa menutup, Anda mungkin memerlukan obat tetes mata. Sedangkan untuk menutup mata, Anda membutuhkan isolasi.
Bell’s palsy bisa kembali pulih sepenuhnya pada 70 persen pasien yang mengalaminya. Pada sebagian besar orang yang menderita Bell’s palsy, gejala mulai membaik setelah dua atau tiga minggu. Tapi untuk bisa pulih sepenuhnya akan membutuhkan sekitar sepuluh bulan. Pemulihan yang terjadi tergantung pada tingkat kerusakan saraf yang diderita.

Komplikasi Bell’s Palsy

Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat Bell’s palsy.
  • Gangguan pada mata.
  • Kesulitan makan, minum, dan bicara.
  • Kelemahan atau kelumpuhan otot secara terus-menerus.
  • Otot wajah berkedut.
  • Kemampuan indera perasa menurun.
Khususnya pada Bell’s palsy yang terkait dengan faktor keturunan, ada kemungkinan kondisi ini akan terulang kembali di masa mendatang.



Sumber: http://www.alodokter.com/bells-palsy

Sabtu, 24 Desember 2016

VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Jantung adalah organ berupa otot berbentuk kerucut. Fungsi utama jantung adalah untuk memompakan darah ke seluruh tubuh dengan cara mengembang dan menguncup yang disebabkan oleh karena adanya rangsangan yang berasal dari saraf otonom. Beberapa keadaan abnormal pada sistem jantung salah satunya yaitu VSD. VSD atau defek septum ventrikel yaitu, keadaan abnormal pada bagian entrikel karena adanya lubang pada septum. Septum itu sendiri adalah pemisah antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri. Ciri-cinya yaitu adanya lubang diseptum tersebut yang mengakibatkan aliran darah yang seharusnya mengalir ke arteri pulmonal mengalir juga ke venmtrikel kanan, atau disebut dengan kebocoran jantung.

1.2  Rumusan masalah
1.2.1        Apa definisi VSD?
1.2.2        Bagaimana demiologi pada VSD?
1.2.3        Bagaimana etiologi pada VSD?
1.2.4        Apa manifestasi klinis pada VSD?
1.2.5        Bagaimana patofisiologi pada VSD?
1.2.6        Apa komplikasi yang terjadi pada VSD?
1.2.7        Apa pemeriksaan penunjang pada VSD?
1.2.8        Apa penatalaksaan pada VSD?

1.3  Tujuan
1.3.1        Mengetahui definisi VSD;
1.3.2        Mengetahui demiologi VSD;
1.3.3        Mengetahui etiologi pada VSD;
1.3.4        Mengetahui manifestasi klinis pada VSD;
1.3.5        Mengetahui patofisiologi pada VSD;
1.3.6        Mengetahui komplikasi yang terjadi pada VSD;
1.3.7        Mengetahui pemeriksaan penunjang pada VSD;
1.3.8        Mengetahui penatalaksanaan pada VSD.
1.4  Manfaat
1.4.1        Memperluas pengetahuan tentang keadaan abnormal atau penyakit;
1.4.2        Sebsagai bahan pembelajaran dan diskusi;
1.4.3        Sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah sistem kardiovaskuler;

                 
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pada ventricular septal defect (VSD) atau defek septum ventrikel, yang merupakan gangguan jantung, kongenital asianotik yang paling sering di temukan, keberadaan lubang pada septum yang memisahkan kedua ventrikel kiri dan kanan. Keadaan ini mengakibatkan pemompaan jantung tidak efektif dan memperbesar risiko gagal jantung.  30% seluruh defek jantung kongenital merupakan VSD. Prognosis yang baik terlihat pada defek yang menutup spontan atau yang dapat di koreksi dengan pembedahan. Akan tetapi, prognosis yang buruk di temukan pada defek yang tidak di tangani dan kadang-kadang membawa kematian pada anak-anak berusia 1 tahun, yang di sebabkan oleh komplikasi sekunder.
2.2 Epidemiologi
Ventricular septal defect adalah penyakit jantung bawaan yang paling umum terjadi, yaitu di temukan pada 30-60 % pada bayi baru lahir dengan penyakit jantung bawaan atau sekitar 2 sampai 6 dari 1000 kelahiran. Sebagian besar VSD menutup secara spontan. Sebuah studi mengatakan bahwa 2 sampai 5 dari 100 kelahiran bayidengan VSD, 80-90 % kasus akan menutup secara spontan tidak lama setalah kelahiran. Tidak dapat di simpulkan mengenai adanya perbedaan ras terhadap distribusi kejadian VSD, namun VSD lebih umum terjadi pada populasi Asia , 5% dari kecepatan di USA, dan 30 % di laporkan di Jepang. VSD sedikit lebih sering terjadi pada permpuan yaitu dengan perbandingan 56 % : 44% dari laki-laki.
2.3 Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui, VSD lebih sering di temukan pada anak-anak dan sering kali merupakan suatu kelainan jantung bawaan. Pada anak-anak lubangnya sangat kecil, tidak menimbulkan gejala dan sering kali menutup dengan sendirinya dengayan sendirinya sebelum  anak berumur 18 tahu. Pada kasus yang lebih berat, bisa terjadi kelainan fungsi ventrikel dan gagal jantung. VSD bisa ditemukan bersamaan bersamaan dengan kelainan jantung lainnya.
1.      Factor prenatal yang berhubungan dengan VSD :
a)      Infeksi virus lainnya pada ibu hamil.
b)      Gizi ibu hamil yang buruk.
c)      Ibu yang alkoholik.
d)      Usia ibu di atas 40 tahun.
e)      Ibu menderita diabetes
2.      Factor genetic :
a)      Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan (PJB).
b)      Ayah/ibu menderita PJB.
c)      Kelainan kromosom seperti sindrom Dwon.
2.4  Manifestasi Klinis
a)      Bayi yang kecil dan kurus dengan pertambahan berat badan yang lambat kalau VSD yang lebar terjadi bersama gagal jantung.
b)      Sesak nafas, takipnea (napas cepat).
c)      Keringat yang berlebihan.
d)      Berat badan tidak bertambah , gagal tumbuh.
e)      Gagal jantung kongestif.
f)        Bising sistolik yang keras, kasar, dan menjalar secara luas kendati paling jelas terdengar di sepanjang tepi sternum kiri pada sela interkosta ketiga atau keempat; bising ini di sebabkan oleh aliran darah abnormal yang melewati VSD.
g)      Getaran atau thrill yang bisa di raba dan di sebabkan aliran darah turbulen di antara kedua ventrikel melalui VSD yang kecil
h)      Pergeseran iktus kordis (titik impuls maksimal) akibat hipertrofi jantung.
i)        Anoreksia (penurunan nafsu makan)
j)        Ujung-ujung jari hiperemik dan diameter dada bertambah.

2.5    Patofisiologi
Pada usia masih bayi penyakit VSD, septum ventrikel tidak berhasil menutup sempurna pada kehamilan 8 minggu. VSD terletakk pada pars membranosa atau pars muskularis septum ventrikel dan memiliki ukuran beragam. Sebagian defek ini menutup spontan; pada defek lain tidak terdapat septum sama sekali sehingga terbentuk ventrikel tunggal. VSD yang kecil cenderung menutup spontan. VSD yang besar harus dikoreksi dengan pembedahan sebelum timbul penyakit vaskuler pulmoner atau pada saat penyakit yang ditimbulkan oleh defek tersebut masih reversibel.
VSD juga tidak segera terlihat pada saat bayi lahir karena terdapat tekanan pada jantung kanan dan kiri yang besarnya hampir sama dan resistensi arteri pulmonalis yang tinggi. Alveoli belum terbuka lengkap sehingga darah belum memintas melalui defek tersebut. Setelah pembuluh darah pulmoner secara terus-menerus relaksasi, yang terjadi antara usia empat dan 8 minggu sesudah bayi dilahirkan, maka tekanan ventrikel kanan akan menurun sehingga memungkinkan darah memintas dari ventikel kiri ke ventrikel kanan. Pada awalnya, pintasan (shunt) VSD yang lebar menyebabkan hipertrofi atrium kiri dan vemtrikel kiri. Kemudian ventrikel yang tidak dikoreksi akan memnyebabkan hipertrofi ventrikel kanan yang disebabkan oleh peningkatan resistensi pulmoner. Pada akhirnya, terjadi gagal jantung kanan serta kiri dan sianosis (karena pembalikan arah pintasan). Hipertensi pulmoner yang permanen dapat terjadi kemudian dengan pemintasan darah dari kanan ke kiri (sindrom Eisenmenger) yang menimbulkan sianosis dan clubbing pada dasar kuku.

2.6    Komplikasi
Komplikasi pada VSD dapat mencakup :
1.    Hipertensi pulmoner
2.    Endokarditis infeksiosa
3.    Pneumonia
4.    Gagal jantung
5.    Sindrom Eisenmenger
6.    Insufisiensi aorta (jika katup aortaturut terkena)

2.7    Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan ini membantu penegakan diagnosis VSD;
Foto rontgen toraks dapat terlihat normal pada defek yang kecil. Pada VSD yang besar, pemeriksaan rontgen dapat memperlihatkan kardiomegali, pembesaran antrium kiri serta ventrikel kiri dan corakan vaskuler yang menonjol.
Elektrokardiografi  (EKG) dapat normal pada VSD yang kecil sementara EKG pada VSD yang besar memperlihatkan hipertrofi ventrikel kiri serta kanan yang memeberi kesan hipertensi pulmoner.
Ekokardiografi dapat mendeteksi VSD pada septum, memeperkirakan ukuran pintasan kiri ke kanan, menunjukkan hipertensi pulmoner, dan mengenali lesi serta komplikasi yang menyertai.
Kateterisasi jantung menentukan ukuran serta lokasi VSD yang tepat dan derajat hipertensi pulmoner, pemeriksaan ini juga mendeteksi defek lain yang menyertai dan menghitung derajat pemintasan dengan membandingkan saturasi oksigen dalam setiap ventrikel. Saturasi oksigen dalam ventrikel kanan lebih besar dari normal karena darah bersih dipintasi dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan.

2.8    Penatalaksanaa Umum
Pemasangan alat pacu jantung permanen yang dapat diperlukan setelah tindakan koreksi VSD jika terjadi blok jantung total karena brkas His terganggu selama pembedahan dilakukan.
Penutupan defek yang kecil dengan jahitan (atau keadaan ini tidak perlu diperbaiki dengan pembedahan jika pasien memiliki tekanan arteri pulmonalis yang normal dan pintasan yang kecil.
Pemasangan cincin (banding) pada arteri pulmonalis untuk menormalkan tekanan serta aliran disebelah distal cincin dan untuk mencegah penyakit vaskuler pulmoner jika anak memiliki defek jantung yang lain serta mendapat keuntungan yang lebih besar dengan pembedahan yang ditunda.
Pemberian digoksin, diet rendah garam, dan pemberian preparat deuretik sebelum pembedahan untuk mencegah gagal jantung.
Terapi profilaksis antibiotik sebelum dan sesudah pembedahan untuk mencegah endokarditis infeksiosa.


BAB 3
 PENUTUP
5.1  Kesimpulan
VSD atau defek septum ventrikel yaitu merupakan gangguan jantung kongenital asianotik yang palimg sering ditemukan, keberadaan lubang pada septum yang memisahkan kedua ventrikel memungkinkan pemintasan darah antara ventrikel kiri dan kakan. Dan pada umunya penyakit VSD ini menyerang atau ditemukan pada bayi yang baru lahir.
5.2  Saran 
Semoga bisa bermanfaat bagi pembaca, dan alangkah baiknya pembaca bisa memperluas pengetahuan. Karena sebagai tenaga kesehatan kita harus mengetahui definisi sampai pengobatan dan pencegahan dari suatu keadaan abnormal pada seseorang.
 

DAFTAR PUSTAKA
Manurung, Nixson. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta TIM
Morton, Gonce, Patricia Fontaine, Dorrie M. Hudak, Carolyn M. Gallo, Barbara. 2012. Keperawatan Kritis. Jakarta EGC
Saputra, Lyndon. 2014. Buku Ajar Ilustrasi Patofisiologi. Pamulang - Tangerang Selatan
Welsh, William, Jennifer P. Kowalak, Brenna mayer. 2003. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta EGC

Kamis, 19 November 2015

AIDS (Pengertian, Penularan, Pencegahan dan Ciri-Ciri)

Perlunya mengetahui pengertian AIDS, Cara Penularan/penyebab AIDS, Cara Pencegahan AIDS dan Ciri-Ciri/Gejala Penyakit AIDS. Point-point yang akan kita kaji yakni, pengertian AIDS, ciri-ciri penderita AIDS, Cara penularan AIDS, Cara Pencegahan AIDS, Penyebab AIDS, Gejala dan pencegahan AIDS. Point-point tersebut akan kami bahas dan kaji karna dari seluruh point ini merupakan hal-hal yang penting yang sering teman cari. Oleh karna itu pembahasan seluruh tentang AIDS sudah ada dalam pembahasan kali ini. Pengertian AIDS, Ciri-ciri penderita AIDS, Cara penularan AIDS, cara pencegahan AIDS, penyebab AIDS, Gejala dan Pencegahan AIDS dapat dilihat dibawah ini... 
1. Pengertian Penyakit AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome atau sindrom runtuhnya kekebalan tubuh, jadi pengertian AIDS adalah kumpulan gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena terinfeksi virus HIV. apa itu HIV ?... HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Orang yang terinfeksi oleh virus ini tidak dapat mengatasi serangan infeksi penyakit lain karena sistem kekebalan tubuhnya terus menurun secara drastis. Bahkan kuman yang bagi orang biasa tidak menimbulkan penyakit, pada penderita HIV dapat mengakitbatkan kematian. HIV termasuk PMS karena salah satu cara penularannya adalah melalui hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi virus HIV.

2. Cara Penularan/Penyebab Penyakit AIDS
Pada penderita AIDS, virus HIV terdapat pada seluruh cairan tubuhnya, tetapi yang bisa menularkan hanya yang terdapat pada sperma (air mani), darah, dan cairan vagina. Cara penularannya/penyebab adalah sebagai berikut...
  • Berganti-ganti pasangan seksual, atau berhubungan seksual dengan orang yang positif terinfeksi virus HIV
  • Pemakaian jarum suntik bekas orang yang terinfeksi virus HIV
  • Menerima transfusi darah yang tercemar HIV. 
  • Ibu hamil yang terinfeksi virus HIV akan menularkannya kepada bayi dalam kandungannya.
  • Penularan HIV juga terjadi pada Susu Ibu atau ASI
3. Ciri-Ciri/Gejala Penderita AIDS
  • Demam : demam merupakan gejala awal terkena virus HIV, suhu tubuhnya mencapai 38 derajat celcius. Pada gejala ini merupakan tahap virus masuk kedalam aliran darah dan bereplikasi dalam jumlah besar. sehingga terjadinya reaksi inflasi yang ada didalam tubuh. 
  • Kelelahan : kelelahan yang berlebihan adalah tanda efek dari sistem kekebalan tubuh yang aktif
  • Otot Pegal, Nyeri Sendi, dan Pembengkakan Kelenjar Getah Bening : Pada tanda ini merupakan tanda yang biasa terjadi jika seorang terjangkit virus. sedangkan pembengkakan kelenjar getah bening adalah tanda bahwa sitem kekebalan tubuh sedang aktif
  • Nyeri Tenggorokan dan Sakit Kepala : nyeri tenggorokan dan sakit kepala merupakan tanda bahwa antibodi tidak melawan virus HIV AIDS 
  • Ruam-Ruam Kulit : Ruam-ruam pada kulit yang seperti bisul-bisul kecil dan berwarna merah muda yang terasa gatal. Gejala ini memakan waktu yang panjang dan tak kunjung sembuh. bila ini terjadi segera hubungi dokter. 
  • Diare, Mual dan Muntah Kepanjangan : Pada gejala ini merupakan tanda bahwa bakteri dan kuman dapat masuk ke tubuh kita dengan mudah karna sistem imun kita sudah menurun. 
  • Turunnya Berat Badan : Jika berat badan anda menurun hingga 10% dan terjadi diare dan demam yang panjang biasanya dalam waktu 30 hari. 
  • Batuk Kering : batuk kering bila ini terjadi dalam waktu yang lama kira-kira satu minggu dan tak kunjung sembuh atau berkurang setelah meminum obat.
  • Pnuemonia dan Toksoplasmosis : Pnuemonia merupakan penyakit infeksi paru-paru, ini disebabkan oleh jamur dan biasanya terdapat pada seseorang yang sistem imunnya menurun, sedangkan Toksoplasmosis adalah sejenis parasit yang menyerang otak, ini diakibatkan oleh sistem imun yang menurun
  • Berkeringat Pada Malam Hari :  berkeringat pada malam hari merupakan tanda dari 50% orang yang pernah menderita penyakit AIDS, ini bukan karna suhu atau aktifitas berlebihan.
  • Perubahan Pada Kuku : kuku melengkung dan menebal serta terjadi perubahan warna seperti kehitaman dan kebiru-biruan. Penyebab dari tanda ini adalah terinfeksi jamur.
  • Bingung dan Sulit Berkonsentrasi : Pada tahap ini merupakan tahap akhir yang disebabkan karna fungsi motorik tidak mampu berkordinasi dengan baik sehingga penderita tak mampu mengerakkan tangannya dan pada tahap ini tandanya adalah mudah lupa, marah, dan tersinggung.
  • Herpes di Mulut dan Alat Kelamin : Gejala ini merupakan infeksi pada stadium akhir
  • Menstruasi Tidak Teratur : Lama datang bulan, ini terjadi karna jumlah darah yang semakin berkurang.
  • Infeksi Jaringan Kulit Rambut 
4.  Cara Pencegahan Penyakit AIDS 
  • Hindari mabuk-mabukan dan narkotika yang dapat membuat kita menjadi lupa diri
  • Selalu mengganti jarum suntik jika mengkonsumsi obat-obatan 
  • Melakukan hubungan seksual yang aman dan jangan gonta-ganti pasangan 
  • Memakai kondom saat berhubungan seksual 
  • Jika ingin melakukan hubungan seks, ketahuilah kondisi kesehatannya
  • Membutuhkan transfusi darah, Lihat dan mintalah kepastian darah  tersebut bebas dari HIV
  • Periksa tes imun untuk mengetahui tingkat sistem imun. 
  • Lakukan pengecekan pada sperma , pasangan yang ingin mempunyai anak
Sekian pembahasan Pengertian, Penularan, Pencegahan dan Ciri-Ciri AIDS. Ketahui Penyakit HIV AIDS Sedini Mungkin.
Semoga bermanfaat  Cool